Home » » Kumpulan Puisi karangan Chairil Anwar

Kumpulan Puisi karangan Chairil Anwar

Kumpulan Puisi karangan Chairil Anwar - Berikut ini adalah sebagian kumpulan puisi atau sajak dari pengarang angkatan '45 Chairil Anwar.

AKU

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari ...
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

---()--


MERDEKA

Aku mau bebas dari segala
Merdeka
Juga dari Ida

Pernah
Aku percaya pada sumpah dan cinta
Menjadi sunsum dan darah
Seharian kukunyah kumamah

Sedang meradang
Segala kurenggut
Ikut bayang

Tapi kini
Hidupku terlalu tenang
Selama tidak antara badai
Kalah menang

Ah ! Jiwa yang menggapai gapai
Mengapa kalau beranjak dari sini
Kucoba dalam mati

--()--


SAJAK PUTIH

Bersandar pada tali warna pelangi
Kau depanku bertudung suara senja
Dihitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dari dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupkun, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah

Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelah

Buat Minatku ! kubentuk dunia sendiri ...
Dan kuberi segala yang dikira orang mati di ala mini !
Kucuplah aku terus, kucuplah
Dan semburkan tenaga dan hidup dalam tubuhku

--()--


YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS

Kelam dan angin lalu mempesiang diriku
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin
Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

Di Karet, di Karet sampai juga deru angin

Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
Dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu
Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

Tubuhku diam dan sendiri
Cerita dan peristiwa berlalu beku

--()--


SENDJA DI PELABUHAN KETJIL

Buat Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mentjari tjinta
Diantara gudang, rumah tua, pada tjerita
Tiang serta temali, kapal, perahu tidak berlaut
Menghembus diri dalam mempertjaja mau berpaut

Gerimis mempertjepat kelam. Ada djuga kelepak elang
Menjinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu budjuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berdjalan
Menjisir semenandjung, masih pengap harap
Sekali tiba diudjung, dan sekalian selamat djalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bias terdekap

--()--


TJINTAKU DJAUH DI PULAU

Tjintaku djauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melantjar, bulan memantjar,
di leher kukalungkan ole-ole buat sipatjar
angin membantu, laut terang, tapi
terasa aku tidak 'kan sampai padanja

Di air jang tenang, di angin mendaju
Di perasaan penghabisan segala meladju
Adjal bertachta, sambil berkata :
Tudjukan perahu kepangkuanku sadja

Amboi ! Djalan sudah bertahun kutempuh
Perahu jang bersama 'kan merapuh
Mengapa Adjal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan tjintaku ?!

Manisku djauh di pulau
Kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri

--()--


TJERITA BUAT DIEN TAMAELA

Beta Pattiradjawane
Jang didjaga datu-datu
Tjuma satu

Beta Pattiradjawane
Kikisan laut
Berdarah laut

Beta Pattiradjawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dajung sampan

Beta Pattiradjawane, penjaga hutan pala
Beta api di pantai. Siap mendekat
Tiga kali menjebut beta punja nama

Dalam sunji malam ganggang menanti
Menurut beta punya tifa
Pohon pala, badan perawan djadi
Hidup sampai pagi tiba
Mari menari !
Mari beria !
Mari berlupa !

Awas ! djangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu-datu !

Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar pulau ...

Beta Pattiradjawane
Jang didjaga datu-datu
Tjuma satu

--()--


DOA

Kepada Pemeluk Teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menjebut namaMu

Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh

TjajaMu panas sutji
Tinggal kerdip lilin di kelam sunji

Tuhanku

Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

--()--


SORGA

Buat Basuki Resobowo
Seperti ibu + nenekku djuga
Tambah tudjuh keturunan jang lalu
Aku minta pula supaja sampai di sorga
Jang kata Masjumi + Muhammdyah bersungai susu
Dan bertabur bidadari beribu

Tapi ada suara menimbang dalam diriku,
Nekat mentjemooh : Bisakah kiranja
Berkering dari kujup laut biru
Gamitan dari tiap pelabuhan gimana ?
Lagi siapa bisa mengatakan pasti
Di situ memang ada bidari
Suaranja berat menelan seperti Nina, punya kerlingnja Jati ?

--()--


KABAR DARI LAUT

Aku memang benar tolol ketika itu,
Mail pula membikin hubungan dengan kau
Lupa kelasi tiba-tiba bias sendiri di laut pilu
Berujuk kembali dengan tujuan biru

Di tubuhku ada luka sekarang
Bertambah lebar juga, mengeluar darah
Di berkas dulu kau cium nafsu dan garang
Lagi aku pun sangat lemah serta menyerah

Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi
Pembatasan cuma tambah menyatukan kenang
Dan tawa gila pada whisky tercermin tentang

Dan kau ? Apakah kerjamu sembahyang dan memuji
Atau di antara mereka juga terdampar
Burung mati pagi hari di sis sangkar ?

--()--


TAMAN

Taman punya kita berdua
Tak lebar luas, kecil saja
Satu tak kehilangan lain dalamnya
Bagi kau dan aku cukuplah

Taman kembangnya tak berpuluh warna
Paang rumputnya tak berbanding permadani
Halus lembut dipijak kaki
Bagi kita bukan halangan

Karena

Dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
Aku kumbang, kau kembang
Kecil, penuh surya taman kita
Tempat merenggut dari dunia dan'nusia

--()--
Share this article :
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. BTebung - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger